Seeruu.. Kalau kita mengingat Zaman kita kecil, usai pulang sekolah langsung ambil dan siapin pancingan. Dahulu pancingan nya cuma pakai bambu dengan satu mata pancing dan pelampung dari serofom. Dan memancing seru di persawahan
Setelah siap, kita sama teman teman sebaya langsung pergi ke sawah yang luas. Kalau sekarang persawahan sudah susah di cari, apalagi di Kota besar, sudah tidak ada.
Setelah pancing dan umpan siap, langsung memancing, namun teknik nya dengan cara berdiri di jalan jalan sawah/galengan sawah secara berbaris bersama temen, pokoknya salah sedikit menginjak pasti jatuh kaki terperosok ke dalam lumpur.
Usai joran senar pancing yang kita sudah kita tempatkan pada satu titik di kira ikan akan memakan umpan kita. Lalu joran pancing kita pegang sambil berdiri hingga memakan umpan.
Beberpa jenis ikan sawah yang memakan pancing kita, biasanya, jenis ikan betok, cecere, sepat, boncel (anak gabus) bahkan ikan gabus juga memakan umpan kita.
Sesampai di sawah, kita langsung mencari umpan untuk memancing ikan nya, seperti cacing sawah, dengan cara memasukan kedua tangan kit kedalam lumpur sawah.
Kalau kita strike, suasana berubah ramai dengan teriakan teman-teman yang masih memegang joran pancing...
Ikan dari sungai ke sawah atau sebaliknya sangat berlimpah. Alhasil semua teknik menangkap ikan Abah (panggilan ayah) diajarkan ke saya, saya akhirnya bisa melakukan hampir semua teknik menangkap ikan.
Mulai dari gogo (menangkap ikan pake tangan kosong di sawah atau sungai), teger (menangkap ikan dengan pancing ukuran 1 meter yang diinapkan), bubu (menangkap ikan menggunakan jebakan ikan), jala, dan lain sebagainya.
Saat memancing. Waktu tidak terasa seolah begitu cepat. Memancing juga tetap tidak lalai dalam beribadah. Saat waktunya salat yah salat, waktunya makan yah makan. Bahkan teman ada menyempatkan tidur siang.
